JAKARTA: Kebutuhan jamur sebagai bahan pangan dan bahan baku obat masih terbuka luas, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Total pasar dunia jamur pangan mencapai US$30 miliar (setara Rp270 triliun) dan untuk produk turunan jamur pangan sekitar US$10 miliar.
"Jamur pangan merupakan salah satu bahan pangan alternatif untuk pemenuham gizi yang relatif murah, dapat dikonsumsi anak-anak maupun orang dewasa. Selain lezat, juga berkhasiat obat," kata Witomo Basuki di Jakarta Selasa 20 Desember.
Direktur Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan lembaganya terus mengembangkan jamur dengan teknologi yang tepat guna.
Inovasinya bisa berupa membuat jenis jamur baru yang lebih enak dan berkhasiat, dan bisa menghasilkan banyak kalau ditanam, serta mengolah jamur menjadi pangan yang enak dan disukai masyarakat.
Menurutnya, jamur ada beragam jenis. Namun, yang banyak disukai masyarakat saat ini adalah jamur merang (volvariella volvaceae), jamu kancing (agaricus bisporus), jamur tiram (pleurotus osteatus), dan jamur kuping (auricularis auricular), dan jamur shiitake (lentinus edodes).
Semua dapat diolah menjadi penganan bergizi dan enak. Jamur juga diolah jadi minuman sehat, nugget, dan sebagai bahan bumbu penyedap masakan.
Witono menjelaskan jamur bisa menjadi salah satu komoditas unggulan pertanian yang perlu dikembangkan sebagai jamur pangan (edible mushroom).
Pasalnya, jamur merupakan produk pertanian yang sehat, budidayanya mudah dan ramah lingkungan, sumber bahan baku mudah, mempunyai nilai ekonomi tinggi, menyerap tenaga kerja.
Jamur juga mempunyai peluang pasar karena harganya relatif murah dibandingkan dengan harga daging, dan berkhasiat bagi kesehatan.
Saat ini, lanjutnya, masyarakat belum banyak yang mengetahui tnetang kehebatan jamur pangan, karena masih dianggap sebagai sayuran biasa.
Selain memiliki nilai gizi lengkap dan lezat karena adanya kandungan asam glutamate, jamur juga mengandung beberapa senyawa kimia spesifik/khas, dalam jumlah memadai secara fungsional dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan menyembuhkan penyakit tertentu.
“Jamur mengandung polisakarida (dalam bentuk beta-glucan), dan ikatan protein tertentu yang terbukti berkhasiat sebagai anti kolesterol, anti hipertensi, anti kanker, anti virus, anti diabetes, dan meningkatkan stamina, serta kebugaran tubuh,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi melimpahnya hasil panen jamur, serta lebih meningkatkan nilai tambahnya perlu upaya sentuhan inovasi teknologi pasca panen, berupa makanan olahan dan minuman berkhasiat yang komersial.
Hal itu bisa dilakukan salah satu di antaranya adalah mengembangkan minuman kesehatan yang mengandung beta-glucan.
“Tim Jamur Pusat Teknologi Bioindustri BPPT, berhasil mengembangkan teknologi ekstraksi beta glukan dari jamur basidiomycota, diantaranya dari tiram, jamur shitake, jamur merang, dan jamur kuping. Inovasi ini diharapkan dapat menghasilkan produk turunan jamur pangan yang berkualitas, dan menyehatkan,” ujar Witomo.
http://www.bisnis.com/articles/ayo-bisnis-jamur-pasarnya-bisa-capai-rp270-triliun
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)