Pada suatu masa, Evie pernah merawat "Barry" Obama, anak yang kemudian tumbuh menjadi pria paling berkuasa di dunia. Kini pengasuh transgender Obama tersebut hidup ketakutan di jalanan, bekerja sebagai buruh cuci.
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan anaknya Suhaila Ng, 6, dan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan anaknya Suhaila Ng, 6, dan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
http://forum.vivanews.com/internasional/304161-foto-kisah-waria-pengasuh-barrack-obama.html
Evie terlahir seorang pria, namun meyakini dirinya perempuan. Sepanjang hidupnya, ia ketakutan akibat ejekan dan terkadang pukulan yang diterimanya, karena identitasnya tersebut.
Seorang serdadu pernah menggunduli rambutnya. Tak terhitung jumlah rokok yang disundutkan ke tangan dan lengannya. Ketakutan itu memuncak saat tubuh seorang kawan waria ditemukan di sebuah saluran pembuangan, dua tahun lalu.
Evie mengambil semua pakaian perempuannya dan dimasukkan ke dalam dua kotak besar. Pemulas bibir, bedak dan alat riasan wajah, semua disingkirkan. “Dalam hati, saya tahu saya perempuan. Tapi saya tak mau meninggal seperti itu (kawannya tadi),” ujarnya.
Kepada HuffPost, Evie mengakui menerima kehidupan apa adanya. Sejak pengalaman itu, ia hidup sebagaimana seorang pria. Nama aslinya, sesuai KTP, adalah Turdi. Namun ia memilih nama Evie karena terdengar manis.
Beberapa tetangga di tempat tinggal Obama kecil di Menteng, Jakarta, memastikan bahwa Turdi memang bekerja sebagai pengasuhnya selama dua tahun. Evie ini juga mengurus adik seibu Obama, Maya.
Pria berusia 66 tahun ini kini tinggal di sebuah kamar kecil, di daerah kumuh sekitar Jakarta Timur. Ia mencuci baju-baju orang sebagai sumber pendapatan. Suaranya pelan, sopan dan wajahnya masih menampilkan kerutan kekhawatiran.
Ketika mengenang masa kecilnya, Evie mengaku sering dipukuli sang ayah karena tak tahan melihat tindak tanduknya yang terlalu feminin. “Ia ingin saya berlaku seperti seorang anak laki, meski dalam hati saya tak merasa begitu,” ujarnya.
Akibat terlalu sering digoda, ia putus sekolah saat masih kelas tiga SD dan memutuskan untuk belajar memasak. Ternyata, Evie ahli memasak. Saat remaja, kenangnya sambil tersenyum, ia menjadi koki sejumlah pejabat ternama.
Akhirnya dalam sebuah pesta koktail pada 1969, ia bertemu mendiang ibunda Obama, Ann Dunham. Ann tiba di Indonesia dua tahun sebelumnya setelah menikahi ayah tiri Obama, Lolo Soetoro.
Ann yang mengagumi steak daging dan nasi goreng buatan Evie, menawarkan pekerjaan untuknya di rumah tangga Soetoro. Tak butuh waktu lama, Evie menjadi pengasuh Barry, panggilan Obama kecil.
Evie menemani Barry bermain, mengantar dan menjemputnya dari dan ke sekolah. Para tetangga mengingat, sering melihat Evie keluar masuk rumah Soetoro pada malam hari, berias seperti perempuan.
Evie ragu Obama mengingatnya. “Ia masih kecil. Lagipula, saya tak membiarkannya melihat saya mengenakan pakaian wanita. Tapi ia pernah melihat saya mencoba lipstik ibunya, kadang-kadang. Ia tertawa jika saya melakukannya,” kenang Evie.
Hidupnya berubah saat keluarga Soetoro tak lagi bersamanya pada 1970-an. Evie tinggal bersama kekasihnya dan hubungan mereka berakhir tiga tahun kemudian. Ia terpaksa menjadi seorang pekerja seks.
“Saya mencoba lagi menjadi pembantu rumah tangga. Tapi tak ada yang mau. Saya butuh uang untuk makan dan tempat tinggal,” ujarnya. Sebagai waria, Evie mengalami dikejar-kejar aparat rezim mantan Presiden Soeharto.
Satu razia pada 1985 mengubah segalanya. Ia dan kawan-kawan waria berlarian saat dikejar aparat. Satu gadis cantik, Susi, melompat ke sungai penuh sampah. Mereka mencari Susi sepanjang malam.
“Akhirnya kami menemukannya. Kondisinya amat buruk. Tubuhnya bengkak dan wajahnya hancur,” ujarnya sedih, mengingat wajah tak bernyawa Susi.
Evie kini mengaku tak punya lagi masa depan. Ia hanya beribadah dan menanti ajal menjemput. Saat 2008 Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Evie tak percaya bocah kecil yang ia asuh itu menjadi orang besar. Tak ada yang percaya saat ia berkata pernah mengasuhnya saat Obama masih dipanggil Barry. Evie disangka gila.
“Tapi kini saat orang menyebut saya sampah, saya hanya bisa berkata, saya pernah mengasuh Presiden Amerika Serikat!” [ast]
Seorang serdadu pernah menggunduli rambutnya. Tak terhitung jumlah rokok yang disundutkan ke tangan dan lengannya. Ketakutan itu memuncak saat tubuh seorang kawan waria ditemukan di sebuah saluran pembuangan, dua tahun lalu.
Evie mengambil semua pakaian perempuannya dan dimasukkan ke dalam dua kotak besar. Pemulas bibir, bedak dan alat riasan wajah, semua disingkirkan. “Dalam hati, saya tahu saya perempuan. Tapi saya tak mau meninggal seperti itu (kawannya tadi),” ujarnya.
Kepada HuffPost, Evie mengakui menerima kehidupan apa adanya. Sejak pengalaman itu, ia hidup sebagaimana seorang pria. Nama aslinya, sesuai KTP, adalah Turdi. Namun ia memilih nama Evie karena terdengar manis.
Beberapa tetangga di tempat tinggal Obama kecil di Menteng, Jakarta, memastikan bahwa Turdi memang bekerja sebagai pengasuhnya selama dua tahun. Evie ini juga mengurus adik seibu Obama, Maya.
Pria berusia 66 tahun ini kini tinggal di sebuah kamar kecil, di daerah kumuh sekitar Jakarta Timur. Ia mencuci baju-baju orang sebagai sumber pendapatan. Suaranya pelan, sopan dan wajahnya masih menampilkan kerutan kekhawatiran.
Ketika mengenang masa kecilnya, Evie mengaku sering dipukuli sang ayah karena tak tahan melihat tindak tanduknya yang terlalu feminin. “Ia ingin saya berlaku seperti seorang anak laki, meski dalam hati saya tak merasa begitu,” ujarnya.
Akibat terlalu sering digoda, ia putus sekolah saat masih kelas tiga SD dan memutuskan untuk belajar memasak. Ternyata, Evie ahli memasak. Saat remaja, kenangnya sambil tersenyum, ia menjadi koki sejumlah pejabat ternama.
Akhirnya dalam sebuah pesta koktail pada 1969, ia bertemu mendiang ibunda Obama, Ann Dunham. Ann tiba di Indonesia dua tahun sebelumnya setelah menikahi ayah tiri Obama, Lolo Soetoro.
Ann yang mengagumi steak daging dan nasi goreng buatan Evie, menawarkan pekerjaan untuknya di rumah tangga Soetoro. Tak butuh waktu lama, Evie menjadi pengasuh Barry, panggilan Obama kecil.
Evie menemani Barry bermain, mengantar dan menjemputnya dari dan ke sekolah. Para tetangga mengingat, sering melihat Evie keluar masuk rumah Soetoro pada malam hari, berias seperti perempuan.
Evie ragu Obama mengingatnya. “Ia masih kecil. Lagipula, saya tak membiarkannya melihat saya mengenakan pakaian wanita. Tapi ia pernah melihat saya mencoba lipstik ibunya, kadang-kadang. Ia tertawa jika saya melakukannya,” kenang Evie.
Hidupnya berubah saat keluarga Soetoro tak lagi bersamanya pada 1970-an. Evie tinggal bersama kekasihnya dan hubungan mereka berakhir tiga tahun kemudian. Ia terpaksa menjadi seorang pekerja seks.
“Saya mencoba lagi menjadi pembantu rumah tangga. Tapi tak ada yang mau. Saya butuh uang untuk makan dan tempat tinggal,” ujarnya. Sebagai waria, Evie mengalami dikejar-kejar aparat rezim mantan Presiden Soeharto.
Satu razia pada 1985 mengubah segalanya. Ia dan kawan-kawan waria berlarian saat dikejar aparat. Satu gadis cantik, Susi, melompat ke sungai penuh sampah. Mereka mencari Susi sepanjang malam.
“Akhirnya kami menemukannya. Kondisinya amat buruk. Tubuhnya bengkak dan wajahnya hancur,” ujarnya sedih, mengingat wajah tak bernyawa Susi.
Evie kini mengaku tak punya lagi masa depan. Ia hanya beribadah dan menanti ajal menjemput. Saat 2008 Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Evie tak percaya bocah kecil yang ia asuh itu menjadi orang besar. Tak ada yang percaya saat ia berkata pernah mengasuhnya saat Obama masih dipanggil Barry. Evie disangka gila.
“Tapi kini saat orang menyebut saya sampah, saya hanya bisa berkata, saya pernah mengasuh Presiden Amerika Serikat!” [ast]
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan anaknya Suhaila Ng, 6, dan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
Foto ini menunjukkan Maya Soetoro-Ng dengan anaknya Suhaila Ng, 6, dan bukunya, "Ladder to the Moon," di rumahnya di Honolulu. Soetoro-Ng, adik Presiden Obama, menulis soal ibu mereka Ann Dunham untuk inspirasi bukunya yang terbaru. Maya Soetoro adalah salah satu asuhan Turdi alias Evie.
http://forum.vivanews.com/internasional/304161-foto-kisah-waria-pengasuh-barrack-obama.html
2 comments
kasihan amat nenek atau kakek itu.hidupnya sengsara... apakah obama ingat tentang dia..???
mundahan saja obama masih mengigatnya sob...:)
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)