Penyakit yang identik dengan lansia, Alzheimer ternyata semakin menyebar luas saja. Meski risikonya tak bisa kita cegah, setidaknya kita bisa melakukan beberapa kebiasaan yang membantu menurunkan risiko penyakit Alzheimer.
Berikut ini kami paparkan 7 kebiasaan yang membantu menurunkan risiko penurunan kondisi otak akibat Alzheimer seperti dilansir dari Huffingtonpost, Senin (21/5/2012):
1. Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga dan Olahraga Harian
Sebuah studi dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa aktivitas sederhana seperti memasak, bersih-bersih dan mencuci piring seringkali dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer, bahkan diantara orang-orang yang berusia 80 tahun ke atas.
Peneliti juga menemukan bahwa orang-orang yang paling rajin melakukan aktivitas harian di bawah 10 persen berisiko dua kali terserang penyakit Alzheimer dibandingkan dengan orang-orang yang aktivitas hariannya di atas 10 persen.
Hasilnya juga lebih terlihat ketika peneliti mengevaluasi intensitas aktivitas fisiknya. Orang yang intensitas aktivitas fisiknya di bawah 10 persen cenderung tiga kali terserang penyakit Alzheimer dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisiknya di atas 10 persen.
2. Berbicara dengan Dua Bahasa
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Trends in Cognitive Sciences, berbicara dalam bilingual (dua bahasa) dapat memperkuat kemampuan otak dan melindunginya dari demensia.
HuffPost Canada Living pun menjelaskan alasannya: Proses antisipasi saat kita harus berbicara salah satu dari dua bahasa pada waktu tertentu memaksa otak untuk terus berjalan dan hasilnya akan membentuk sebuah pengalaman yang membantu menghindari konflik mental saat menghadapi bahasa-bahasa tersebut.
"Hal ini lebih mirip sebuah tangki cadangan di dalam mobil. Bila Anda kehabisan bahan bakar, Anda masih bisa terus berjalan karena ada sedikit bahan bakar dalam tangki cadangan," kata peneliti Dr. Ellen Bialystok.
3. Mengkonsumsi Kurkumin (Kunyit)
Penelitian pada lalat menunjukkan bahwa kandungan utama dalam kunyit yang disebut kurkumin memiliki kekuatan untuk melawan Alzheimer.
Sebuah studi dalam jurnal PLos ONE pun menunjukkan bahwa kurkumin bekerja dengan mengurangi jumlah oligomer yang bertindak sebagai "pelopor" pembentukan plak amiloid di otak.
Studi sebelumnya dalam jurnal Annals of Indian Academy of Neurology juga mendiskusikan efek kurkumin terhadap Alzheimer.
Peneliti menulis: Kurkumin yang memiliki berbagai efek seperti menurunkan plak beta-amiloid, menunda degradasi neuron, anti-peradangan, antioksidan dan penurunan pembentukan mikroglia dapat memperbaiki kerusakan memori pada pasien Alzheimer.
4. Mengisi Teka-Teki Silang
Sebuah studi dalam jurnal BMC Medicine mengungkapkan bahwa mengisi teka-teki silang dan bermain games setiap hari bisa menangkal penurunan mental, terutama akibat Alzheimer.
Peneliti dari University of Erlangen juga melakukan studi pada sejumlah pasien demensia di panti jompo dan meminta partisipan untuk melakukan olahraga seperti bowling dan mengisi teka-teki silang bersama. Partisipan juga diminta menghabiskan waktu untuk membuat perkakas kayu dan berkebun.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa seluruh aktivitas tersebut memberi efek yang sama pada fungsi otak partisipan dibandingkan dengan obat-obatan demensia biasa.
Studi lainnya dalam jurnal Archives of Neurology menunjukkan bahwa membaca dalam waktu lama dan bermain games dapat menurunkan kadar beta amiloid dalam otak yang dianggap sebagai "ciri khas" dari Alzheimer.
"Tetap aktif secara kognitif seumur hidup dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan mencegah akumulasi penyakit yang berkaitan dengan Alzheimer," ungkap peneliti Susan Landau dari Helen Wills Neuroscience Institute, University of California, Berkeley.
5. Jalan Kaki
Lansia yang berjalan kaki 6-9 mil perminggu dapat menurunkan risiko demensia dan masalah fungsi otak lainnya yang mungkin terjadi padanya.
Sebuah studi pada 2009 dalam jurnal Neurology yang melibatkan 299 orang yang rata-rata berusia 78 tahun menemukan bahwa orang yang berjalan paling banyak dalam studi ini (6-9 mil perminggu) berisiko terserang masalah otak lebih kecil daripada orang yang berjalan paling sedikit dalam studi ini.
Studi lain pada 2007 dan dipublikasikan dalam jurnal Neurology juga menunjukkan bahwa orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas dan rutin berolahraga mengalami penurunan risiko demensia vaskular. Penelitian itu sendiri melibatkan 749 orang.
6. Makan Ikan dan Kacang
Penelitian dari Columbia University Medical Center menemukan bahwa makan diet tinggi asam lemak omega 3 seperti ikan, kacang dan ayam menyebabkan penurunan kadar protein beta-amiloid yang biasa dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Neurology tersebut melibatkan 1.219 orang berusia 65 tahun ke atas yang tidak mengidap demensia. Peneliti pun menemukan bahwa semakin tinggi konsumsi asam lemak omega 3 maka semakin rendah kandungan beta-amiloid di dalam darahnya.
7. Minum Teh Hijau
Menurut penelitian dari Newcastle University, minuman hijau yang menyegarkan itu bisa memberi kekuatan untuk melawan penyakit Alzheimer.
via Detik
"Ketika teh hijau dicerna oleh enzim di dalam usus, senyawa kimia yang dihasilkannya memberi efek perlindungan sekaligus lebih efektif melawan pemicu utama Alzheimer dibandingkan dengan teh yang tidak tercerna," ujar peneliti Ed Okello.
Berikut ini kami paparkan 7 kebiasaan yang membantu menurunkan risiko penurunan kondisi otak akibat Alzheimer seperti dilansir dari Huffingtonpost, Senin (21/5/2012):
1. Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga dan Olahraga Harian
Sebuah studi dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa aktivitas sederhana seperti memasak, bersih-bersih dan mencuci piring seringkali dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Alzheimer, bahkan diantara orang-orang yang berusia 80 tahun ke atas.
Peneliti juga menemukan bahwa orang-orang yang paling rajin melakukan aktivitas harian di bawah 10 persen berisiko dua kali terserang penyakit Alzheimer dibandingkan dengan orang-orang yang aktivitas hariannya di atas 10 persen.
Hasilnya juga lebih terlihat ketika peneliti mengevaluasi intensitas aktivitas fisiknya. Orang yang intensitas aktivitas fisiknya di bawah 10 persen cenderung tiga kali terserang penyakit Alzheimer dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisiknya di atas 10 persen.
2. Berbicara dengan Dua Bahasa
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Trends in Cognitive Sciences, berbicara dalam bilingual (dua bahasa) dapat memperkuat kemampuan otak dan melindunginya dari demensia.
HuffPost Canada Living pun menjelaskan alasannya: Proses antisipasi saat kita harus berbicara salah satu dari dua bahasa pada waktu tertentu memaksa otak untuk terus berjalan dan hasilnya akan membentuk sebuah pengalaman yang membantu menghindari konflik mental saat menghadapi bahasa-bahasa tersebut.
"Hal ini lebih mirip sebuah tangki cadangan di dalam mobil. Bila Anda kehabisan bahan bakar, Anda masih bisa terus berjalan karena ada sedikit bahan bakar dalam tangki cadangan," kata peneliti Dr. Ellen Bialystok.
3. Mengkonsumsi Kurkumin (Kunyit)
Penelitian pada lalat menunjukkan bahwa kandungan utama dalam kunyit yang disebut kurkumin memiliki kekuatan untuk melawan Alzheimer.
Sebuah studi dalam jurnal PLos ONE pun menunjukkan bahwa kurkumin bekerja dengan mengurangi jumlah oligomer yang bertindak sebagai "pelopor" pembentukan plak amiloid di otak.
Studi sebelumnya dalam jurnal Annals of Indian Academy of Neurology juga mendiskusikan efek kurkumin terhadap Alzheimer.
Peneliti menulis: Kurkumin yang memiliki berbagai efek seperti menurunkan plak beta-amiloid, menunda degradasi neuron, anti-peradangan, antioksidan dan penurunan pembentukan mikroglia dapat memperbaiki kerusakan memori pada pasien Alzheimer.
4. Mengisi Teka-Teki Silang
Sebuah studi dalam jurnal BMC Medicine mengungkapkan bahwa mengisi teka-teki silang dan bermain games setiap hari bisa menangkal penurunan mental, terutama akibat Alzheimer.
Peneliti dari University of Erlangen juga melakukan studi pada sejumlah pasien demensia di panti jompo dan meminta partisipan untuk melakukan olahraga seperti bowling dan mengisi teka-teki silang bersama. Partisipan juga diminta menghabiskan waktu untuk membuat perkakas kayu dan berkebun.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa seluruh aktivitas tersebut memberi efek yang sama pada fungsi otak partisipan dibandingkan dengan obat-obatan demensia biasa.
Studi lainnya dalam jurnal Archives of Neurology menunjukkan bahwa membaca dalam waktu lama dan bermain games dapat menurunkan kadar beta amiloid dalam otak yang dianggap sebagai "ciri khas" dari Alzheimer.
"Tetap aktif secara kognitif seumur hidup dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan mencegah akumulasi penyakit yang berkaitan dengan Alzheimer," ungkap peneliti Susan Landau dari Helen Wills Neuroscience Institute, University of California, Berkeley.
5. Jalan Kaki
Lansia yang berjalan kaki 6-9 mil perminggu dapat menurunkan risiko demensia dan masalah fungsi otak lainnya yang mungkin terjadi padanya.
Sebuah studi pada 2009 dalam jurnal Neurology yang melibatkan 299 orang yang rata-rata berusia 78 tahun menemukan bahwa orang yang berjalan paling banyak dalam studi ini (6-9 mil perminggu) berisiko terserang masalah otak lebih kecil daripada orang yang berjalan paling sedikit dalam studi ini.
Studi lain pada 2007 dan dipublikasikan dalam jurnal Neurology juga menunjukkan bahwa orang-orang yang berusia 65 tahun ke atas dan rutin berolahraga mengalami penurunan risiko demensia vaskular. Penelitian itu sendiri melibatkan 749 orang.
6. Makan Ikan dan Kacang
Penelitian dari Columbia University Medical Center menemukan bahwa makan diet tinggi asam lemak omega 3 seperti ikan, kacang dan ayam menyebabkan penurunan kadar protein beta-amiloid yang biasa dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Neurology tersebut melibatkan 1.219 orang berusia 65 tahun ke atas yang tidak mengidap demensia. Peneliti pun menemukan bahwa semakin tinggi konsumsi asam lemak omega 3 maka semakin rendah kandungan beta-amiloid di dalam darahnya.
7. Minum Teh Hijau
Menurut penelitian dari Newcastle University, minuman hijau yang menyegarkan itu bisa memberi kekuatan untuk melawan penyakit Alzheimer.
via Detik
"Ketika teh hijau dicerna oleh enzim di dalam usus, senyawa kimia yang dihasilkannya memberi efek perlindungan sekaligus lebih efektif melawan pemicu utama Alzheimer dibandingkan dengan teh yang tidak tercerna," ujar peneliti Ed Okello.
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)