Saturday, 4 February 2012
Pengantin cilik di Katmandu Nepal (Reuters)
Bhintuna, gadis berusia sembilan tahun duduk sembari tersenyum dalam
balutan gaun pengantin tradisional berwarna merah dan emas. Sambil
memegang sebuah nampan, ia menunggu giliran dalam sebuah ritual suci
pernikahannya dengan dewa pelindung dalam agama Hindu, Wisnu.
Gadis yang duduk di sekolah dasar ini hanyalah salah satu dari puluhan gadis cilik yang ikut ambil bagian dalam tradisi Bibaha IHI atau Bel,
tradisi unik di Komunitas Newar di Nepal. Setiap anak perempuan yang
belum mencapai masa pubertas harus melangsungkan pernikahan dengan Dewa
Wisnu.
"Sangat menyenangkan. Saya senang memakai pakaian baru dan
bersama begitu banyak teman," ucap Bhintuna seperti dikutip kantor
berita Reuters.
Ritual yang dilakukan semua anak
perempuan sebelum memasuki masa pubertas. Ini adalah satu dari tiga
pernikahan dalam kehidupan setiap anak perempuan di komunitas Newar.
Dalam
upacara berikutnya, para anak perempuan akan 'menikahi' matahari dengan
menghabiskan 12 malam di ruang yang gelap pada usia 11 atau 13 tahun.
Ritual ini dipercaya akan memberi perlindungan tambahan bagi setiap
gadis. Sementara, pernikahan yang terakhir akan terjadi dengan suami
sebenarnya, dan biasanya terjadi saat usia 25 tahun.
Kendati asal-usul tradisi Bel
tidak jelas, Rajopadhyaya Rajendra, imam yang memimpin upacara
mengatakan ritual telah berlangsung setidaknya selama beberapa abad
terakhir. Dalam sebuah kisah, orang tua seorang gadis menikahkan anaknya
kepada Dewa Wisnu yang dianggap dewa pelindung, agar anak mereka selalu
dilindungi.
Ritual yang berlangsung di sebuah kuil di
Kathmandu dan ditonton ratusan orang, 80 anak perempuan berusia 6 hingga
9 tahun membawa nampan dan menunggu giliran menjadi 'pengantin' Dewa
Wisnu.
Sesaji yang dibawa dalam nampan beraneka antara lain
beras, pisang dan bubuk vermilion diletakkan saat mereka berada dalam
pangkuan orang tua sebelum "menikahi" buah yang dibuat dari pohon apel
sebagai representasi dewa Wisnu.
Setelah upacara, pengantin
wanita akan makan daging kerbau dan nasi serta minum minuman keras
buatan sendiri mirip vodka yang disebut "aela".
Ibu Bhintuna,
Sirjana Sakya, 36, yang duduk disamping putrinya mengatakan ritual ini
mengingatkan dirinya pada pengalaman masa kecilnya. "Saya pikir anak
saya akan menjadi mandiri secara emosional dan mampu mengurus dirinya
sendiri dengan bawah perlindungan suaminya yang suci," katanya.
Dia
menambahkan merasa senang karena dapat menjaga budaya bangsanya. Nepal
secara resmi menjadi negara sekuler dan menghapus monarki Hindu sejak
2008. Tetapi mayoritas penduduk dari keseluruhan 26,6 juta jiwa penduduk
negara ini merupakan penganut Hindu taat. (eh)Vivanews
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)