Seiring
dengan perkembangan teknologi pembuatan kertas, berbagai corak,
karakter maupun jenis kertas telah dihasilkan secara pabrikasi. Namun
kertas-kertas produk pabrik tersebut cenderung
bersifat polos dan stereotip, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
lain yang lebih bersifat seni. Apalagi sebagian kalangan masyarakat,
terutama para pecinta lingkungan hidup, mengkhawatirkan dampak
lingkungan akibat kebutuhan kayu-kayu hutan untuk bahan baku kertas begitu besar. Berangkat dari kenyataan inilah pemikiran tentang kertas daur ulang mulai muncul.
Kertas
daur ulang atau yang juga dikenal dengan sebutan kertas seni mulai
populer pada dekade 80-an. Dengan menerapkan teknik pembuatannya yang
sama seperti teknik membuat kertas pabrikasi, sebagian kalangan
masyarakat mulai mencoba membuat kertas daur ulang secara manual atau
buatan tangan. Dari sini kemudian timbul beragam nama untuk penyebutan
kertas hasil buatan tangan, seperti kertas daur ulang (recycle paper), kertas buatan tangan (handmade paper), serta kertas seni (art paper) karena fungsinya sebagai sampul atau pelapis produk seni, seperti asesoris atau cinderamata.
Istilah
kertas seni sebenarnya sudah lebih dahulu dikenal di kalangan
percetakan. Istilah ini pun tidak melulu diterapkan pada kertas buatan
tangan melainkan juga terhadap kertas-kertas produk pabrik yang memiliki
tekstur, ornamen, atau corak indah. Sedangkan istilah kertas daur ulang
(recycle paper)
sebelumnya juga telah dikenal di kalangan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), terutama yang memiliki kepedulian terhadap besarnya jumlah
sampah kertas akibat pemakaian kertas yang tidak ekonomis.
Setelah
masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang cukup prospektif, maka
pada dekade 90-an kertas daur ulang mulai diproduksi secara komersial.
Di Yogyakarta, beberapa kelompok seniman memproduksi kertas daur ulang
untuk kepentingan proses kreatifnya, seperti dalam pembuatan lukisan,
patung, ataupun eksperimental art lainnya. Sementara di Bandung, muncul bengkel studio Suhuf Art Paper
yang memproduksi kertas daur ulang untuk pembuatan produk-produk
cinderamata secara komersial. Sejak saat itu, kertas daur ulang mulai
dilirik sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menarik.
Kini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kertas daur ulang, khususnya pesanan dari para eksportir maupun buyer
luar negeri, para produsen mulai mencari alternatif lain dalam
memproduksi kertas daur ulang secara massal. Tentunya tanpa meninggalkan
kualitas dan ciri khasnya sebagai kertas seni. Teknologi baru pembuatan
kertas daur ulang, seperti penggunaan mesin, sudah mulai diperkenalkan.
Kenyataan ini bukan mustahil akan mendorong bisnis pembuatan kertas
daur ulang menjadi usaha komersial yang tidak lagi berskala kecil atau home industry. (*)
http://kertasjawa.blogspot.com/2009/02/sejarah-kertas-daur-ulang.html
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)