David Levene (TheGuardian)
Jakarta - Tren memotret meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir. Jutaan frame dihasilkan per hari dan ini sulit dibayangkan 10 tahun lalu. Teknologi kamera yang semakin murah dan software yang semakin memukau membuat hobi ini mencuat tidak terkira.
Namun, bagi yang baru memulai pada kesenangan visual ini, biasanya berkutat pada pertanyaan-pertanyaan klasik berikut. Apa saja?
1. Kamera apa yang paling bagus?
Dari sisi kualitas gambar, tentu teknologi kamera medium format dan large format tidak ada yang mengalahkan. Namun, dari sisi kepraktisan dan bagi yang mau belajar fotografi, barangkali kamera jenis ini perlu Anda lupakan dulu.
Pilihlah kamera Digital Single Lens Reflect (DSLR). Bentuknya yang simpel dan fitur yang mudah dioperasionalkan sangat cocok bagi siapa saja. Kamera saku juga tidak tabu untuk mempelajari fotografi.
2. Merk kamera apa yang paling jago?
Ini merupakan pertanyaan umum dan paling populer saat akan menerjuni dunia fotografi. Pertanyaan ini seperti Anda akan membeli mobil, merek mobil Apa yang paling bagus? Tentu semua punya karakteristik dan kelebihan masing-masing. Juga kelemahannya.
Dengan plus minusnya, Anda sebagai fotografer lah yang mampu mengeksplorasi kelebihannya dan menutupi kekurangan kamera yang telah dibeli. Tidak perlu ragu bila merek kamera Anda jarang digunakan oleh teman-teman Anda.
3. Dengan budget terbatas, kamera apa yang akan dibeli?
Bila punya budget di bawah Rp 5 juta, belilah kamera saku yang sudah menyediakan fitur 'Manual'. Fitur ini akan membantu Anda berkenalan dengan 'Speed' dan 'Diafragma'.
Jangan ragu untuk membeli kamera poket. Karena semahal-mahalnya kamera, tidak bisa menunjukan angle terbaik saat memotret. Kamera juga tidak bisa menunjukkan komposisi terbaik maupun ide terbagus untuk memotret walau seharga Rp 200 juta sekalipun. Baik buruk hasil memotret ada di tangan fotografer.
Bila uang Anda dalam kisaran Rp 5 juta hingga Rp 10 juta, coba cari kamera prosumer dengan tambahan lensa kit. Bila budget antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta, cobalah pilih kamera semi profesional dengan pilihan lensa fix.
4. Bagus mana, DSLR atau mirrorless?
Dari sisi kepraktisan, kamera digital tanpa lensa (mirrorless) tentu sangat tepat. Kamera jenis ini akan sangat berguna untuk menemani Anda jalan-jalan karena fisiknya yang ringan dan ringkas. Kualitas gambar juga berani bersaing dengan kamera DSLR.
Namun untuk memasuki dunia fotografi lebih expert lagi, ada baiknya memilih DSLR pada umumnya. Sebab, kecepatan menyimpan gambar ke memori card di kamera mirrorless, masih kalah cepat dengan kamera SLR pada umumnya. Terlebih baterai kamera jenis mirrorless cukup boros.
5. Setelah beli kamera, beli lensa wide dulu atau tele?
Bila Anda telah mempunyai pilihan untuk memotret landscape, maka lensa tele menjadi prioritas kedua. Bila masih mencoba bereksperimen, lensa tele tidak ada salahnya. Tele 200 mm sudah lebih dari cukup. Lensa tele ini sangat tepat untuk memotret model, olahraga, atau traveling.
6. Lebih bagus mana, wide atau tele?
Wide dan tele mempunyai fungsi dan kelebihan masing-masing. Satu untuk memotret dengan sudat pandang yang luas, satunya untuk mendekatkan objek yang jauh. Kalau punya budget cukup banyak, beli kedua-duanya langsung.
Namun bila budget Anda terbatas, saya sarankan beli lensa wide (lebar) terlebih dahulu. Lensa lebar ini dalam kisaran 16mm, 17mm, 20mm, 24mm, dan 28mm.
Kalaupun budget masih juga belum mencukupi, Anda bisa maksimalkan lensa kit. Ada baiknya juga menabung untuk membeli lansa normal dengan diafragma (f) besar terlebih dahulu yang cukup terjangkau. Lensa normal ini yakni 50 mm. Disebut normal karena tidak menimbulkan distori gambar dan jangkauan lensa sesuai dengan mata manusia.
7. Perlukah mengambil kursus fotografi ataukah otodidak?
Kalau Anda mempunyai budget, tidak ada salahnya mengambil kelas fotografi. Sebab, Anda akan memahami fotografi secara sistematis dan terstruktur.
Kalaupun enggan mengambil kursus fotografi, cobalah untuk tekun belajar, konsisten dan tidak cepat puas. Memasuki klub fotografi untuk bertukar pendapat soal fotografi sangat dibutuhkan juga dan sangat membantu fotografi Anda.
8. Apakah perlu mengambil kursus software fotografi?
Lebih baik Anda memperdalam kemampuan memotret terlebih dahulu pada bulan-bulan pertama. Bila merasa mulai piawai menggunakan kamera Anda, tidak ada salahnya mencoba memperdalam software fotografi.
Kemampuan matang fotografi sangat diperlukan supaya Anda tidak terlalu mengandalkan software. Juga mematangkan ide, konsep dan praktik fotografi terlebih dahulu.
Bahkan, saat ini tren olah digital sudah menjadi profesi tersendiri. Bukan tidak mungkin, suatu saat dunia olah digital akan lepas total dari dunia fotografi. Bila saat itu tiba, Anda akan diminta memilih menjadi fotografer ataukah 'oldiger'.
http://inet.detik.com/read/2012/04/18/110641/1895099/1279/8-pertanyaan-klasik-saat-baru-belajar-fotografi
Namun, bagi yang baru memulai pada kesenangan visual ini, biasanya berkutat pada pertanyaan-pertanyaan klasik berikut. Apa saja?
1. Kamera apa yang paling bagus?
Dari sisi kualitas gambar, tentu teknologi kamera medium format dan large format tidak ada yang mengalahkan. Namun, dari sisi kepraktisan dan bagi yang mau belajar fotografi, barangkali kamera jenis ini perlu Anda lupakan dulu.
Pilihlah kamera Digital Single Lens Reflect (DSLR). Bentuknya yang simpel dan fitur yang mudah dioperasionalkan sangat cocok bagi siapa saja. Kamera saku juga tidak tabu untuk mempelajari fotografi.
2. Merk kamera apa yang paling jago?
Ini merupakan pertanyaan umum dan paling populer saat akan menerjuni dunia fotografi. Pertanyaan ini seperti Anda akan membeli mobil, merek mobil Apa yang paling bagus? Tentu semua punya karakteristik dan kelebihan masing-masing. Juga kelemahannya.
Dengan plus minusnya, Anda sebagai fotografer lah yang mampu mengeksplorasi kelebihannya dan menutupi kekurangan kamera yang telah dibeli. Tidak perlu ragu bila merek kamera Anda jarang digunakan oleh teman-teman Anda.
3. Dengan budget terbatas, kamera apa yang akan dibeli?
Bila punya budget di bawah Rp 5 juta, belilah kamera saku yang sudah menyediakan fitur 'Manual'. Fitur ini akan membantu Anda berkenalan dengan 'Speed' dan 'Diafragma'.
Jangan ragu untuk membeli kamera poket. Karena semahal-mahalnya kamera, tidak bisa menunjukan angle terbaik saat memotret. Kamera juga tidak bisa menunjukkan komposisi terbaik maupun ide terbagus untuk memotret walau seharga Rp 200 juta sekalipun. Baik buruk hasil memotret ada di tangan fotografer.
Bila uang Anda dalam kisaran Rp 5 juta hingga Rp 10 juta, coba cari kamera prosumer dengan tambahan lensa kit. Bila budget antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta, cobalah pilih kamera semi profesional dengan pilihan lensa fix.
4. Bagus mana, DSLR atau mirrorless?
Dari sisi kepraktisan, kamera digital tanpa lensa (mirrorless) tentu sangat tepat. Kamera jenis ini akan sangat berguna untuk menemani Anda jalan-jalan karena fisiknya yang ringan dan ringkas. Kualitas gambar juga berani bersaing dengan kamera DSLR.
Namun untuk memasuki dunia fotografi lebih expert lagi, ada baiknya memilih DSLR pada umumnya. Sebab, kecepatan menyimpan gambar ke memori card di kamera mirrorless, masih kalah cepat dengan kamera SLR pada umumnya. Terlebih baterai kamera jenis mirrorless cukup boros.
5. Setelah beli kamera, beli lensa wide dulu atau tele?
Bila Anda telah mempunyai pilihan untuk memotret landscape, maka lensa tele menjadi prioritas kedua. Bila masih mencoba bereksperimen, lensa tele tidak ada salahnya. Tele 200 mm sudah lebih dari cukup. Lensa tele ini sangat tepat untuk memotret model, olahraga, atau traveling.
6. Lebih bagus mana, wide atau tele?
Wide dan tele mempunyai fungsi dan kelebihan masing-masing. Satu untuk memotret dengan sudat pandang yang luas, satunya untuk mendekatkan objek yang jauh. Kalau punya budget cukup banyak, beli kedua-duanya langsung.
Namun bila budget Anda terbatas, saya sarankan beli lensa wide (lebar) terlebih dahulu. Lensa lebar ini dalam kisaran 16mm, 17mm, 20mm, 24mm, dan 28mm.
Kalaupun budget masih juga belum mencukupi, Anda bisa maksimalkan lensa kit. Ada baiknya juga menabung untuk membeli lansa normal dengan diafragma (f) besar terlebih dahulu yang cukup terjangkau. Lensa normal ini yakni 50 mm. Disebut normal karena tidak menimbulkan distori gambar dan jangkauan lensa sesuai dengan mata manusia.
7. Perlukah mengambil kursus fotografi ataukah otodidak?
Kalau Anda mempunyai budget, tidak ada salahnya mengambil kelas fotografi. Sebab, Anda akan memahami fotografi secara sistematis dan terstruktur.
Kalaupun enggan mengambil kursus fotografi, cobalah untuk tekun belajar, konsisten dan tidak cepat puas. Memasuki klub fotografi untuk bertukar pendapat soal fotografi sangat dibutuhkan juga dan sangat membantu fotografi Anda.
8. Apakah perlu mengambil kursus software fotografi?
Lebih baik Anda memperdalam kemampuan memotret terlebih dahulu pada bulan-bulan pertama. Bila merasa mulai piawai menggunakan kamera Anda, tidak ada salahnya mencoba memperdalam software fotografi.
Kemampuan matang fotografi sangat diperlukan supaya Anda tidak terlalu mengandalkan software. Juga mematangkan ide, konsep dan praktik fotografi terlebih dahulu.
Bahkan, saat ini tren olah digital sudah menjadi profesi tersendiri. Bukan tidak mungkin, suatu saat dunia olah digital akan lepas total dari dunia fotografi. Bila saat itu tiba, Anda akan diminta memilih menjadi fotografer ataukah 'oldiger'.
http://inet.detik.com/read/2012/04/18/110641/1895099/1279/8-pertanyaan-klasik-saat-baru-belajar-fotografi
No comments:
Post a Comment
follow @Apaajaboooleh on twitter
kritik , saran dan masukan.. kirim ke apaajabooooleh@gmail.com..:)